Yusril Katil "Membersihkan" Indonesia dari Kamar Mandi

KOMUNITAS SENI HITAM PUTIH PENTASKAN "KAMAR MANDI KITA"

Rabu, 21/09/2016 08:10 WIB
Proses latihan

Proses latihan "Kamar Mandi Kita" di Padang Panjang

Padang Panjang, sumbarsatu.com--komunitas seni HITAM-PUTIH Indonesia yang bermarkas di Padang Panjang, Sumatera Barat, akan mementaskan teater berjudul "Kamar Mandi Kita" karya dan sutradara Yusril Katil.

Rentetan karya teater ini dipentaskan pada Rabu, 21 September 2016 di ISI Padangpanjang, dan Jumat, 23 September 2016 di Teater Terbuka Taman Budaya Sumatera Barat di Padang dalam Padang Arts Festival, serta akan dihadirkan pula saat ulang tahun Teater Langkah Fakultas Ilmu Budaya Unand pada Oktober nanti. Ketiga pertunjukan itu dimulai pukul 20.00 WIB.

Yusril Katil, yang baru menyelesaikan program doktoralnya di ISI Solo bidang penciptaan ini, mengatakan, teater "Kamar Mandi Kita" merupakan transformasi gagasan yang belum selesai digarap pada pertunjukan teater "Air di Dulang, Siapa yang Punya".

""Air di Dulang, Siapa yang Punya" saya garap dan ditampilkan di International Rain Festival, pada 9 Januari 2016, di Solo-Surakarta. Garapannya bekerja sama dengan Teater Abu Jakarta (Margesti) dengan performer Liswati. "Kamar Mandi Kita" merupakan kelanjutan dari "Air di Dulang, Siapa yang Punya", tapi saya tak hanya sampai di sini. Mungkin ini bisa jadi pertunjukan teater ini menjadi trilogi atau mungkin tetralogi," kata Yusril Katil, Selasa (20/9/2016) di Padang Panjang.

Ia menjelaskan, gagasan cerita "Kamar Mandi Kita" ini berangkat dari soal remeh temeh kehidupan sosial di tengah masyarakat. Tapi kini kamar mandi telah menjelma menjadi ruang publik yang tak kenal lagi batasan dan privasi.

"Kini, di sebagian kamar mandi telah menjadi ruang publik yang bisa diekspos atau terekspos kapan saja. Ketika di kamar mandi orang-orang bisa selfie untuk kemudian diunggah menuju media sosial, tidak ada lagi rahasia, tidak ada lagi batas," katanya.

Dijelaskannya, dalam eksplorasi dan proses latihan yang dijalankan secara intensif, "Kamar Mandi Kita" bukan semata menyoal ruang ukuran kecil, tapi kamar mandi yang bernama "Indonesia".

"Bagi saya, saat ini, Indonesia seperti telah kehilangan ruang untuk merayakan "kemerdekaan" dirinya sendiri, ruang Indonesia yang seharusnya selalu bersih dan suci, telah dirusak oleh persoalan mentalitas korup pejabat negara di pusat, daerah, penegak hukum. Para pemimpin bangsa, seharusnya tidak hanya berkutat pada pencitraan diri, seolah-olah terlihat bersih dan suci di hadapan masyarakat," kata Yusril Katil.

Maka, melalui karya teater "Kamar Mandi Kita", kita wajib membersihkan segala noda yang telah merusak kesucian "hati nurani" kita sesungguhnya.

Kamar mandi merupakan tempat untuk membersihkan diri; menggosok gigi, membasuh tubuh, mencuci tangan, dan menghilangkan daki yang melekat di badan. Kamar mandi sering juga kita gunakan sebagai tempat berkumur-kumur dan mengeluarkan suara yang tidak jelas. “Kamar Mandi Kita” akan menjadi ruang membersihkan segalanya.

Pada fungsinya yang jelas, ruangan itu merupakan ruang privasi, tempat terdapat batas di sekitar yang terlihat. Orang lain tidak boleh memasuki ruang personal dan akan selalu diatur bagaimana dalam berinteraksi dengan orang lain dan dapat memiliki jarak, bergerak bersama, meluas, dan berkontraksi. Namun saat ini kamar mandi tidak lagi menjadi ruang personal yang memiliki rahasia.

Yusril memahami kamar mandi untuk melakukan pembacaan atas karya terbarunya “Kamar Mandi Kita”. Ia mengajak siapapun masuk ke dalamnya; kamar mandi sebagai ruang fisik dan ruang penciptaan sebuah repertoar.

"Kamar Mandi Kita" yang diproduksi komunitas seni HITAM-PUTIH yang tidak pernah lelah untuk terus gelisah di dalam mentransformasikan gagasannya melalui proses eksplorasi dan elaborasi teater menjadi peristiwa yang tak bertitik, tanpa batas dan multitafsir.

Menurut Kurniasih Zaitun, pimpinan produksi, pementasan ini merupakan bagian dari Hibah Seni Kelola 2016 yang didukung oleh First State Investments dan Citi Indonesia.

"Tahun ini komunitas seni HITAM-PUTIH Sumatera Barat, meraih hibah Yayasan Kelola untuk kategori karya inovatif dengan kerja sama First State Investments dan Citi. Sekaligus dipercaya untuk tampil dalam Padang Art Festival di Taman Budaya Sumatera Barat," kata perempuan yang akrab disapa Tintun ini.

Sinopsis "Kamar Mandi Kita"

Teater "Kamar Mandi Kita" mengisahkan ruang yang tak begiru luas di rumah gunanya untuk membersihkan diri, menggosok gigi, membasuh tubuh, mencuci muka, mencuci tangan, menghilangkan kotoran yang yang melekat pada tubuh.

Di kamar mandi, kita juga sering melakukan aktivitas berkumur-kumur, bernyanyi, melampiaskan hasrat dan amarah, berteriak, bergumam, berciloteh dengan mengeluarkan suara yang tidak jelas.

Kamar Mandi adalah ruang privasi dan ruang personal, karena di dalam kamar mandi kita bisa melakukan aktivitas apa saja, tanpa harus memperdulikan persoalan yang terjadi di luar diri, bahkan luar diri itu sendiri juga enggan untuk tahu, apa yang sedang kita lakukan di dalam kamar mandi. Kamar mandi menjadi zona "kemerdekaan" yang sesungguhnya.

Hari ini di kamar mandi kita, ketika teknologi informasi telah memasuki batas-batas yang seharusnya privat di dalam kehidupan manusia, justru telah dibocorkan oleh cahaya-cahaya siluman yang sulit dideteksi dengan kasat mata.

Berjuta-juta informasi yang masuk di otak tiap saat, tiap detik, bahkan setelah bangun tidur-pun, cahaya-cahaya siluman bernama sosial media telah menerobos di halaman gawai kita setiap hari. Teknologi telah mengatur hidup kita.

Kamar mandi hari ini, telah menjadi ruang yang tidak lagi privat, tidak ada lagi rahasia, tidak ada lagi batas. Kita bisa saja selfie, menari, bernyanyi, melampiaskan segala emosi kehidupan, kemudian mem-postingnya ke halaman "sosial media" agar "diri kita" terlihat dan terbaca di jendela dunia.

Teater "Kamar Mandi Kita", mencoba membersihkan segala noda yang telah merusak kesucian "hati nurani" kita sesungguhnya. "Ayo kita ke kamar mandi, membersihkan diri dari segala noda dan bahaya". (SSC)



BACA JUGA