
Adi Sasono
Jakarta, sumbarsatu.com--Meninggalnya Adi Sasano, aktivis Angkatan 66 dan pernah menjadi Menteri Koperasi dan UKM pada masa Presiden B. J. Habibie, memberi kesan khusus bagi banyak kalangan, terutama para intelektual dan cendekiawan.
Abdul Hadi Wiji Muthari, budayawan dan akademisi menilai, Adi Sasano adalah sosok cendekiawan Muslim yang berjiwa sosialis religius dan humanis.
"Kami tak lupa saat itu Mas Adi pernah dicap sebagai "Orang Paling Berbahaya di Asia Tenggara" oleh beberapa koran yang terbit di Singapura," kata Abdul Hadi dalam status di akun media sosialnya, Minggu (14/8/2016).
Adi Sasono meninggal dunia dalam usia 67 tahun pada Sabtu (13/8/2016) pukul 17.20 WIB di Jakarta. Adi Sasono lahir di Pekalongan pada 16 Januari 1949. Adi Sasono setelah menjalani perawatan di rumah sakit Mayapada, Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
Di rumah duka, tampak pejabat yang hadir antara lain Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto dan Kepala Staf Presiden Teten Masduki.
Hadir pula Presiden ketiga RI BJ Habibie, Mantan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Rahardi Ramelan dan politisi senior Partai Golkar Akbar Tanjung.
Wiranto mengaku terkejut saat mendengar kabar meninggalnya Adi Sasono. Pasalnya, kabar terakhir yang dia terima, almarhum telah sembuh dari penyakit kanker yang dideritanya.
"Saya terkejut karena kabar terakhir beliau sudah sembuh dari penyakit kankernya dan sempat bertemu di sebuah acara. Makanya saya datang ke sini untuk memastikan kabar itu dan memberikan penghormatan terakhir," ujar Wiranto saat ditemui di rumah duka.
Hal senada juga diutarakan oleh Habibie. Dia mengatakan, belum lama ini dirinya bertemu dengan almarhum.
"Terakhir saya bertemu saat acara ulang tahun saya. Beliau terlihat sehat," kata Habibie.
Menurut Arya Wibisono, anak pertama almarhum Adi Sasono, ayahnya meninggal karena penyakit lever yang diderita sejak tahun 1999.
"Bapak sebenarnya sedang pengobatan kanker tapi juga punya penyakit lamanya, yakni lever," ujar Arya saat ditemui di rumah duka.
Arya menuturkan, ayahnya memang sempat menderita kanker usus besar. Namun, sempat dinyatakan sembuh setelah melewati beberapa kali proses kemoterapi di luar negeri.
Beberapa bulan kemudian, saat pemeriksaan rutin, dokter mengatakan gejala kanker muncul kembali yang menyerang bagian hati.
"Beberapa bulan kankernya muncul lagi, ada tanda-tanda kanker di hati. Sedang diobati sebenarnya. Rupanya obat ini sangat keras dan membuat fisiknya menurun," tutur Arya.
Kondisi fisik almarhum semakin menurun setelah mengonsumsi obat tersebut. Pada Rabu (10/8/2016), Arya berinisiatif membawa ayahnya ke RS Mayapada di Lebak Bulus. Setelah dirawat dan diberi infus, kondisi Adi Sasono tidak kunjung membaik.
Pada Sabtu (13/8/2016) pukul 10.00 WIB, kondisi fisik Adi Sasono semakin menurun. Menurut Arya, ayahnya mulai sulit bicara dan tubuhnya demam. Dokter pun sempat memasangkan alat bantu pernapasan.
"Tensi mulai menurun, sempat beliau memakai alat bantu pernapasan. Pukul 16.30 WIB mulai hilang kesadaran. Kemudian pada pukul 17.20 WIB beliau dinyatakan menghembuskan napas terakhir oleh dokter," ungkap Arya.
Rencananya jenazah Adi Sasono akan dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Minggu (14/8/2016) sekitar pukul 12.30 WIB. (SSC)