Workshop Pemeranan dalam PAT #6 Diikuti Ratusan Peminat Teater

PEKAN APRESIASI TEATER #6

Selasa, 13/10/2015 17:31 WIB
Ratusan peserta ikuti workshop acting dalam iven PAT#6 (foto dok PAT)

Ratusan peserta ikuti workshop acting dalam iven PAT#6 (foto dok PAT)

Padang Panjang, sumbarsatu.com—Pekan Apresiasi Teater (PAT) #6, hari kedua, sejak siang hingga sore ini, Selasa (13/1o/2015) yang digelar di Kampus ISI Padang Panjang diisi dengan kegiatan workshop pemeranan dengan instruktur Wawan Syofwan seniman dari Bandung dan Meria Eliza, dosen pemeranan dari ISI Padangpanjang.

Workshop pemeranan ini diikuti sebanyak 125 orang peserta terdiri dari perwakilan kelompok teater yang ada di Sumatra Barat, peserta PAT #6 perwakilan seluruh perguruan tinggi seni se- Indonesia, dan mahasiswa Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Univiversitas Bung Hatta.

Menurut Enrico Alamo, Ketua Pelaksana PAT #6 ini, workshop ini diadakan untuk mengukuhkan kekuatan tubuh sebagai elemen penting dalam pemeranan. Kedua instruktur punya kompetensi dalam pemeranan dan gestur.

“Masing-masing peserta memiliki pengalaman yang berbeda tentang teater. Ada yang pernah bersentuhan dengan teater dan ada yang belum pernah menjalani proses teater. Mengolah tubuh, suara dan sukma merupakan materi dasar dari workshop acting ini,” kata Enrico Alamo, kepada sumbarsatu.com, Selasa (13/10/2015).

Dijelaskannya, latar belakang pengalaman teater para peserta yang bervariatif menjadi tantangan tersendiri bagi instruktur. Kedua instruktur yang sudah berpengalaman ini menyiasati agar peserta mendapatkan pengalaman yang sama dalam hal acting.

Bagi peserta workshop, merupakan momen penting untuk dapat menggali potensi diri mereka tentang tubuh, suara dan sukma yang selama ini tidak mereka sadari dapat menjadi kekayaan dari diri mereka sendiri dan potensi serta kekayaan itu bisa diekspresikan lewat pertunjukan teater.

Sementara itu Wawan Syofwan menyebutkan, teater harus dipraktikkan, tak bisa hanya sebatas obrolan.

“Kita harus praktikkan semua hasil workshop ini. Jika tak ditampilkan, ia menjadi tak berarti,” kata Wawan Syofwan di depan ratusan peserta itu.

Meria Eliza, lebih menegaskan soal studi dan riset antropologis terhadap tokoh yang akan diperankan dalam pertunjukan teater.

“Riset ini penting melihat latar belakang kehidupan tokoh yang akan kita perankan dalam sebuah pementasan teater sehingga kita bisa merasakan dan “masuk” dalam karakter tokohnya,” kata Meria Eliza. (NA)



BACA JUGA