
FTS III Palembang: KSNT suguhkan pertunjukan “Indomiii Rasa Rendang/Sambil Menyelam Minum Plastik”
Palembang, sumbarsatu.com--Komunitas Seni Nan Tumpah (KSNT) akan menampilkan pertunjukan berjudul “Indomiii Rasa Rendang/Sambil Menyelam Minum Plastik” dalam gelaran ketiga Festival Teater Sumatera (FTS) di Taman Budaya Sriwijaya, Palembang, pada 25 September 2025.
Pertunjukan ini menjadi pementasan kedua oleh KSNT setelah sebelumnya dipresentasikan pada Festival Pekan Nan Tumpah, 24 Agustus 2025 lalu, sebagai penampilan pembuka.
Berdasarkan juknis FTS III, selain KSNT akan tampil pula sembilan kelompok teater dari berbagai wilayah Sumatera. Kesembilan kelompok tersebut adalah Teater Potlot dari Sumatera Selatan, Teater Umak dari Palembang, Rumah Sunting dari Riau, Teater Air dari Jambi, Medan Teater dari Sumatera Utara, Komunitas Berkat Yakin dari Lampung, Komunitas Seni Hitam Putih dari Sumatera Barat, Teater Senyawa dari Bengkulu, dan Teater Seinggok Sepemunyian dari Prabumulih, Sumatera Selatan. Selain pementasan dari 10 kelompok teater, FTS III juga akan menghadirkan pameran poster pertunjukan.
Mahatma Muhammad, sutradara sekaligus pimpinan Komunitas Seni Nan Tumpah, menyebutkan bahwa pertunjukan yang dibawa ke FTS III tidak akan jauh berbeda dari pementasan sebelumnya, namun tetap ada penyesuaian pada detail-detail yang dinilai belum maksimal.
Festival Teater Sumatera III mengangkat tema “Pangan: Tanah, Air, dan Ingatan”. Tema ini menyoroti pentingnya pangan yang dikaitkan dengan keberlanjutan tanah dan air, serta ingatan kolektif masyarakat terhadap makanan.
Menurut juknis, pengambilan tema dilatarbelakangi kondisi Indonesia, khususnya Sumatera, yang kaya akan flora dan fauna. Mulai dari dataran tinggi Bukit Barisan hingga pesisir timur dan barat, berbagai kekayaan alam tersebut menjadi sumber pangan—umbi-umbian, palem, ikan, hingga unggas.
Keragaman pangan ini melahirkan tradisi dan budaya yang terjaga dalam ingatan kolektif, baik lisan maupun tertulis. Tradisi itu meliputi kuliner, mencari ikan, berkebun dan bertani, pengobatan tradisional, hingga ritus, pengetahuan teknologi perikanan dan pertanian, serta seni.
Berangkat dari tema tersebut, KSNT meresponsnya melalui pertunjukan “Indomiii Rasa Rendang/Sambil Menyelam Minum Plastik”. Judul ini terinspirasi dari produk makanan instan yang menjadikan “rendang” sebagai daya tarik utama.
Rendang sendiri merupakan tradisi kuliner yang memerlukan proses memasak berjam-jam, kini direduksi menjadi makanan instan dalam kemasan, yang tentu saja tidak pernah sebanding dari segi rasa maupun makna.
Mahatma menjelaskan, pertunjukan ini membicarakan makanan, tanah, dan ingatan. Pertunjukan seni tersebut memadatkan elegi agraria, satir pangan, dan absurditas visual untuk mengupas bagaimana kebijakan publik menutupi krisis pangan dengan bungkus kemakmuran.
Dari dapur tradisi yang dihancurkan budaya instan, tanah dan air yang dijadikan komoditas, hingga orasi satiris yang memuja “kemajuan” sembari menyingkap industri dan negara yang menjual polusi sebagai solusi.
Pertunjukan ini juga menabrakkan bahasa propaganda, tubuh warga, dan residu plastik yang meresap ke tanah, laut, hingga perut. Pada akhirnya, kenyang dan sehat hanyalah retorika citra, sementara warisan sejatinya adalah pencemaran yang tak pernah terurai. ssc/rel