Haji Zulkarnain Ultimate, seorang konsultan senior asal Sumatera Barat
OLEH Wiztian Yoetri – Wartawan Senior
KETIKA Kenagarian III Koto Naras masih berada di Kecamatan Pariaman, dan Kecamatan Pariaman masih menjadi bagian dari Kabupaten Padang Pariaman—pada masa Bupati Padang Pariaman Anas Malik—kerajinan Sulaman Indah Naras (Nareh) sudah menembus pasar Asia Tenggara, bahkan digunakan sebagai taplak meja di Istana Kerajaan Inggris oleh Ratu Elizabeth.
"Saya masih ingat ketika berita dari Kerajaan Inggris itu disiarkan oleh media nasional, Majalah Intisari," ujar Haji Zulkarnain Ultimate, seorang konsultan senior asal Sumatera Barat, putra daerah Naras, mengenang masa itu.
Saat itu, Ratu Elizabeth memesan langsung kepada Bupati Anas Malik, dan Bupati Anas Malik kemudian memesan kepada Wali Nagari III Koto Naras, Masri.
Pada masa kepemimpinan Anas Malik sebagai Bupati (1980–1990), kerajinan Sulaman Naras—yang merupakan produk turun-temurun masyarakat Nagari III Koto Naras—sangat terkenal dan tengah mengalami masa kejayaan.
Setiap tamu yang datang, baik dari dalam maupun luar negeri, senantiasa diajak oleh Bupati Anas Malik untuk berkunjung langsung melihat proses pembuatan Sulaman Naras, yang produknya meliputi berbagai jenis: selendang benang emas, taplak meja, mukena, baju kurung, sandal, tas, bed cover, baju pengantin, hingga pelaminan.
Selain itu, Bupati Anas Malik juga memerintahkan Ketua KADIN Padang Pariaman saat itu, Tarmizi Amin, untuk membangun sebuah showroom (ruang pamer) guna mempermudah masyarakat dan tamu melihat hasil produk Sulaman Indah Naras, beserta produk kerajinan masyarakat Padang Pariaman lainnya. Lokasi showroom itu berada persis di Simpang Kampung Cina, atau Simpang Tabuik seperti yang dikenal saat ini.
Saking populernya saat itu, kerajinan Sulaman Indah Naras mengalami lonjakan permintaan, terutama dari negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei. Produk dibawa oleh para pedagang atau dipesan langsung oleh pembeli dari luar negeri.
Menurut Zulkarnain, produk Sulaman Indah Naras berpotensi besar menjadi modal penting bagi kebangkitan perekonomian Kota Pariaman. Oleh karena itu, dibutuhkan perhatian dan dorongan serius dari Pemerintah Kota Pariaman.
“Sebab, belakangan ini aktivitas para pengrajin mengalami pasang surut. Mungkin sudah saatnya semangat para pengrajin kembali digairahkan. Misalnya, dengan dukungan permodalan, atau Pemerintah Kota dapat bekerja sama dengan berbagai perguruan tinggi untuk meningkatkan kapasitas desain produk,” ujarnya.
Bagaimanapun juga, industri Sulaman Naras merupakan salah satu sektor penyedia lapangan kerja. Bahkan, pada masa silam, tidak hanya kaum perempuan, tetapi juga menyerap tenaga kerja laki-laki.
Kini saatnya membangkitkan kembali aktivitas Sulaman Indah Naras, misalnya dengan mengaktifkan kembali showroom yang berada di depan kantor Camat Pariaman Utara, yang dikhususkan untuk produk Sulaman Naras.
Atau bisa juga dengan melokalisasi kawasan tersebut sebagai “Kampung Sulaman Naras”, sehingga selain menjadi pusat denyut ekonomi, aktivitas sulaman juga berperan sebagai salah satu destinasi wisata di Kota Pariaman.
Seperti halnya rumah makan "Nasi Baka Ajo Bulek" di Nareh, yang secara perlahan namun pasti mulai menjadi tujuan kunjungan warga lokal maupun dari luar daerah, demikian analisis dari salah seorang tokoh peduli Kota Pariaman, Haji Zulkarnain Ultimate.*