Suasana saat pembukaan Festival Pesona Minangkabau 2024 yang dimeriahkan dengan karnaval budaya authentic Minangkabau dengan ratusan kaum ibu menjunjung jamba di atas kepalanya, Kamis, 5 Desember 2024. Foto Koko
Laporan Nasrul Azwar (Jurnalis)
KAWASAN Istano Basa Pagaruyung dengan luas sekitar 3.500 meter persegi itu terlihat penuh sesak manusia setiap hari saat dilangsungkan Festival Pesona Minangkabau (FPM) mulai 5-8 Desember 2024 di Nagari Pagaruyung, Tanjung Emas, Tanah Datar.
Gelaran FPM dipusatkan di Istano Basa Pagaruyung yang bersejarah ini. Istano Basa Pagaruyung seperti mengandung maknet. Ribuan orang tumpah ruah tak hirau digarang terik matahari memadati kawasan 2 hektare ini. Tua-muda. Anak-anak. Jalan-jalan dipenuhi pedagang pelbagai jenis makanan dan mainan anak. Ada yang gunakan sepeda, becak, gerobak, dan kendaraan bermotor. Semua terlihat riang-gembira. Bermacam-macam suara-suara bersileweran. Mereka datang dari pelbagai pelosok dan juga ada dari mancanegara. Siang-malam sesak.
Istano Basa Pagaruyung dalam relasi kebudayaan Minangkabau merupakan simbolisme kultural. Bangunan khas rumah gadang yang berdiri megah dengan panjang 60 meter, lebar 20 meter, dan tinggi mencapai 25 meter merupakan replika dari pusat Kerajaan Pagaruyung yang diperkirakan berdiri abad ke-14, kontribusi kulturalnya terhadap budaya Minangkabau cukup signifikan.
Lalu, selama 4 hari, kawasan itu menjadi pusat perayaan dan “lebaran” Festival Pesona Minangkabau (FPM) dikesankan sebagai puncak dari rangkaian peristiwa budaya yang dilaksanakan di nagari-nagari di Kabupaten Tanah Datar yang disebut “Satu Nagari, Satu Iven” (SNSI). Separoh dari 75 nagari yang ada Tanah Datar merayakan perhetalatan akbar ini.
Lomba mewarnai untuk anak-anak dalam perhelatan FPM 2024 di Istano Basa Pagaruyung, Sabtu, 7 Desember 2024. Foto MN
Semua potensi dan kekayaan seni budaya, makanan khas, dan kerajinan rakyat ditampilkan. Dijejalkan di depan khalayak ramai. Nagari dalam pemaknaan sederhananya merupakan bentuk pemerintahan terendah dalam sistem administrasi pemerintahan. Ia sama dengan desa di tempat lain. Namun, dalam pengertian kultural, nagari memiliki sistem adat yang berlaku selingkar nagari bersangkutan. Antarnagari memiliki khas adat dan tradisinya.
“Kalau bisa FPM ini dilaksanakan lebih lama lagi. Seminggulah. Biar dagangan banyak yang terjual,” kata Mukhtar Ari, 5o tahun, salah seorang pedagang pakaian khas Minangkabau, seperti deta, pakaian silat, celana galembong, dan lain sebagainya saat bincang-bincang dengan sumbarsatu, Sabtu, 8 Desember 2024. Ia mengaku berasal dari Jorong Pabalutan, Nagari Rambatan, Tanah Datar.
Seorang ibu rumah tangga bernama Yusiar Amir, 34 tahun, berasal dari Nagari Supayang, Salimpaung, datang ke acara FPM di Istano Basa Pagaruyung, selain ingin merasakan kemeriahan perhelatan besar ini, juga sekaligus mengantarkan anak sulungnya yang ikut lomba mewarnai.
“FPM ini perlu diperpanjang masanya. Dan kalau dapat dilaksanakan saat liburan sekolah agar aktivitas sekolah tidak terganggu,” usul Yusiar.
Sinergisme
Semenjak tahun 2022, FPM sudah disinergikan dengan SNSI. FPM yang sudah digelar sejak tahun 2016 dengan nama awal Festival Pagaruyung, lalu diperluas menjadi Festival Pesona Budaya Minangkabau pada 2017, dan sejak 2022, namanya menjadi Festival Pesona Minangkabau sudah masuk dalam kalender wisata Karisma Event Nusantara (KEN) yang diinisiasi Kementerian Pariwisata.
Bundo Kanduang Sedunia yang ikut memeriahkan Festival Pesona Minangkabau, Kamis, 5 Desember 2024. Foto Koko
Pada KEN 2024 ada 110 iven di seluruh Indonesia, 6 di antaranya dari Provinsi Sumatera Barat, yaitu Festival 5 Danau, Pesona Hoyak Tabuik Piaman, Payakumbuh Botuang, Festival Sawahlunto International, Songket Silungkang Carnival, Rang Solok Baralek Gadang, dan Festival Pesona Minangkabau yang dilaksanakan jelang tutup tahun pada 5-8 Desember 2024 di Nagari Pagaruyung, Tanjung Emas, Tanah Datar.
Kendati setiap tahun masuk dalam KEN, namun Festival Pesona Minangkabau belum termasuk dalam 10 Top KEN. Kementerian Pariwisata merilis 10 TOP KEN 2024 adalah Cap Go Meh Singkawang, Pesta Kesenian Bali, Semasa Piknik, F8 Makassar, Festival Pacu Jalur, Festival Danau Toba, Jakarta International Java Jazz Festival, Festival Budaya Dieng, Jember Fashion Carnaval, dan Festival Teluk Jailolo.
“Festival Pesona Minangkabau masuk dalam KEN Kementerian Pariwisata setiap tahunnya sejak 2022. Dan untuk Provinsi Sumatera Barat, FPM yang dipusatkan di Pagaruyung dan Lapangan Cinduo Mato, menjadi penutup dari lima iven lainnya yang sudah digelar sebelumnya di pelbagai kota di Sumantera Barat. Kita berharap FPM bisa masuk dalam 10 Top KEN tahun depan,” kata Riswandi Datuk Monti Basa, Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tanah Datar. Sabtu, 7 Desember 2024.
Ia menyebutkan, semenjak masuk ke dalam KEN, skema pembiayaan pelaksanaan FPM bersifat kolaboratif. “Untuk kelengkapan infrastruktur berupa pentas, sound system, tenda-tenda pembiayaan berasal dari Kementerian Pariwisatam dan didukung pendanaan lainnya bersumber dari APBD Tanah Datar dan Provinsi Sumatera Barat serta ditambah dengan sponsor yang tidak mengikat.”
Riswandi merinci, Pemerintah Kabupaten Tanah Datar melalui Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga menganggarkan untuk FPM 2024 sebesar Rp199 juta dan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat sebesar Rp50 juta.
Latar belakang Istano Basa Pagaruyung yang megah yang menjadi pusat kegiatan Festival Pesona Minangkabau 2024, Kamis, 5 Desember 2024. Foto Koko
Untuk cukupan luasan kawasan lokasi pelaksanaan FPM 2024, berbeda dengan yang sebelumnya. Sebelumnya hanya memanfaatkan halaman depan Istano Basa Pagaruyung, kini diperluas dengan membagi dua zona: Zona I bagian depan, dan Zona II bagian belakang Istano, dan zona tambahan di sayap kiri Istano Basa.
“Perluasan ini menunjukkan adanya peningkatan antusiasme masyarakat, terutama UMKM makanan khas dan juga semakin tingginya semangat kebersertaan para pegiat dan pelaku seni serta pariwisata dari iven sebelumnya. Peningkatan ini kita apresiasi sehingga dalam FPM 2024 diperluas memanfaatkan bagian belakang Istano Basa Pagaruyung. Dan kita berharap selenjutnya terus meningkat,” urai Iqbal Ramadi Payana, Ketua Panitia Pelaksana FPM 2024 kepada sumbarsatu.
Iqbal Ramadi Payana menyebutkan, tujuan utama dari FPM yang bertema “Pesona Budaya untuk Dunia” ini untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke Tanah Datar, dan mambangun ekosistem kepariwisataan dengan melibatkan partisipasi aktif pelaku seni dan budaya, pariwisata, usaha ekonomi kreatif, dan diharapkan berdampak meningkatnya kesejahteraan dan ekonomi masyarakat.
“Bersamaan dengan FPM 2024 juga digelar pertemuan Bundo Kanduang Sedunia yang dihadiri seribuan Bundo Kanduang. Peristiwa ini tentu memberi arti penting bagi iven akbar ini,” terangnya.
Iqbal Ramadi Payana menyebutkan, selama pagelaran FMP, pawai budaya authentic Minangkabau menjadi ikonik yang ditunggu masyarakat dan penonton.
“Pawai budaya authentic ini berupa karnaval ratusan ibu-ibu dari nagari-nagari sembari menjunjung jamba di atas kepalanya, dan disambut dengan tari dan silek gelombang. Karnaval budaya dan silek gelombang ini dihadirkan saat pembukaan FPM. Ini peristiwa budaya yang dinantikan, terutama kalangan fotografer dan perantau yang pulang kampung khusus untuk menyaksikan ini,” sebutnya.
Selain itu, yang juga menyedot perhatian masyarakat luas adalah kegiatan “Wonderful Luhak Nan Tuo” yang merepresentasikan kekayaan seni budaya Luhak Nan Tuo (Tanah Datar), makanan khas, dan kerajinan rakyat. FPM juga menghadirkan “Pagaruyung Fashion Show”. “Pameran Desa Wisata dan Benda Pusaka dan Matrilineal”, “Tradisi Alu Katentong”, “Pacu Jawi”, dan permainan rakyat yang dimainkan anak-anak nagari.
Dasar Hukum untuk SNSI
Kabutapen Tanah Datar digolongkan daerah yang tidak banyuak memiliki sumber daya alam, berupa tambang, dan galian. Untuk perindustrian juga tidak begitu banyak. Namun, daerah yang disebut sebagai Luhak Nan Tuo punya kekayaan budaya, alam yang indah, makanan khas, dan kerajinan rakyat. Potensi inilah yang dikembangkan sejak 10 tahun terakhir, salah satunya adalah pembangunan pariwisata berkelanjutan yang berbasis adat budaya, seni dan sumber daya alam.
Untuk memaksimalkan program unggulan pembangunan Kabupaten Tanah Datar ini diterbitkanlah Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor 22 tahun 2022 tentang Peta Jalan Pelaksanaan Program Unggulan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2021-2026.
Program unggulan “Satu Nagari Satu Iven” dituangkan dalam pasal 3 ayat 1 poin f yang berbunyi “Satu Nagari Satu Iven” untuk menunjang ekonomi kreatif, pelestarian kebudayaan, memajukan olahraga dan produk nagari. SNSI merupakan salah satu dari sepuluh program unggulan Bupati Eka Putra.
Dipenuhi para pengunjung iven Festival Pesona Minangkabau 2024. Foto MN
Semenjak dicanangkan SNSI pada tahun 2022, puluhan nagari bergerak beraktivitas dengan beragam festival sesuai dengan potensi budaya di nagarinya. Semua kini bergerak.
Menurut Riswandi, 75 nagari yang ada di Tanah Datar memiliki kekayaan dan potensi budaya yang berbeda-beda dan sangat beragam.
Awalnya, tahun 2022 SNSI diambil masing-masing satu iven per kecamatan. Di Tanah Datar ada 14 kecamatan. Maka ada 14 iven SNSI sepanjang tahun 2022. Pada 2023 dilaksanakan 18 iven di nagari. Pada tahun 2024, direncanakan SNSI ini 36 nagari tetapi musibah bencana alam yang menerpa sebagian wilayah Tanah Datar yang terealisasi 13 iven SNSI.
“Berarti sejak tahun 2022-2024 sudah dilaksanakan 45 iven SNSI. Dari 75 nagarin itu, ada 30 nagari yang belum menggelar SNSI. Tahun 2025, insyaallah semua nagari di Tanah Datar sudah menggelar iven seni dan budaya SNSI. Kita sudah rencanakan,” jelas Riswandi.
Dikatakannya, iven SNSI ini dalam proses dan pelaksanaannya akan dinilai oleh tim penilai yang akan memilih dan merekomendasikan nagari mana yang dapat mengikuti Festival Pesona Minangkabau. “Keikutsertaan mereka kita fasilitasi. Maka semarak FPM ini tak lepas dari kebersertaan nagari yang sukses menggelar perhelatan SNSI itu.”
Dalam FPM 2024 juga diumumkan penyelenggaraan terbaik SNSI antarnagari yang juara pertama diraih Nagai Rambatan, juara kedua Nagari Tapi Selo, juara ketiga Nagari Tanjung Barulakm serta pemenang harapan pertama Nagari Koto Baru Sungai Tarab, kedua Nagari Balai Tangah dan harapan ketiga Nagari Tanjung.
Partisipasi Nagari Belum Maksimal
Sementara itu, sekaitan dengan pelaksanaan SNSI, Rahmadya Aydini1 dan Rizki Syafril dari Departmen Ilmu Administrasi Negara, Universitas Negeri Padang, dalam riset yang dipublikasikannya dalam Jurnal Ilmu Administrasi Negara (AsIAN) Volume 12 Nomor 1 (Maret 2024) dengan judul “Implementasi Program Satu Nagari Satu Event (SNSE) sebagai Program Unggulan Pemerintah Kabupaten Tanah Datar dalam Melestarikan Kebudayaan Lokal” menyimpulkan bahwa pelaksanaan progul SNSI belum maksimal dan masih ada nagari-nagari yang belum berpartisipasi aktif dalam program ini.
Menurut kedua peneliti ini, dalam melaksanakan program unggulan SNSI ditemukan masih adanya nagari yang belum melaksanakan program dengan beberapa alasan, yang mana seharusnya standar dan sasaran kebijakan ini mengarah kepada seluruh nagari yang berada di kabupaten yang sering disebut sebagai Luhak Nan Tuo ini.
“Karena setiap nagari memiliki keunikan dan potensi budaya masing-nmasing yang akan menunjang sasaran strategis program SNSI di Kabupaten Tanah Datar. OPD terkait yang seharusnya membersamai masyarakat nagari dalam pelaksanaan program SNSI dalam persiapan iven agar iven yang dilaksanakan ini berjalan semestinya dan akan terimplementasi dengan baik di Kabupaten Tanah Datar,” simpulnya.
Perlu Evaluasi Arah FPM
Festival yang digadang-gadang sebagai perhelatan akbar di Tanah Datar yang sudah dilaksanakan sejak 2016 dan sejak 2022 masuk dalam kalender iven KEN, tentu dari beberapa amatan masih banyak yang perlu diperbaiki, terutama arah dan visi dari FPM ini.
Ink Nortman, pemerhati seni dan budaya serta inisiator berbaga festival rakyat, menilai, FPM yang sudah lebih dari tujuh tahun penyelenggaraan, namun sampai saat ini, festival tersebut selalu membutuhkan anggaran yang besar dari pemerintah, baik dari pemerintah kabupaten, provinsi, bahkan hingga pemerintah pusat.
“Dalam usia segitu, seharusnya FPM sudah mampu mandiri dalam hal pembiayaan. Festival itu memakan anggaran yang relatif cukup besar, namun sampai saat ini, festival tersebut sepertinya hanya “berjalan di tempat”. Sudah semestinya FPM dievaluasi menyeluruhm,” kata Ink Nortman kepada sumbarsatu.
Ia menyebutkan, dari amatan yang dilakukannya, FPM merupakan festival untuk pariwisata. Bukan festival kebudayaan. Kendati setiap penyelenggaraannya memberi aksentuasi pada kebudayaan Luak Nan Tuo tapi hanya pada level "kulit luar" saja.
“FPM itu sebenarnya belum mampu menghadirkan produk, atribut dan atraksi dari kebudayaan Minangkabau yang sesungguhnya dalam konteks kebudayaan di Luak Nan Tuo. Materi acaranya masih berupa gimmick saja yang dirancang untuk menarik perhatian atau meningkatkan daya tarik,” urainya.
Menurutnya, sebuah festival pariwisata, yang menghadirkan berbagai program yang berupa gimmick itu wajar dan lumrah. Festival pariwisata memang seperti itu proses penyelenggaraannya.
Selain konten FPM yang tidak disiapkan secara matang, ia juga menilai, penyelenggaraannya pun terkesan sangat eksklusif, jauh dari sifat inklusif.
“FPM sebagai bagian program unggulan Pemerintah Kabupaten Tanah Datar sudah barang tentu iven ini dikelola dengan standar pemerintah pula. Keterlibatan masyarakat lokal dalam proses penyelenggaran dari festival tersebut bisa dikatakan sangat minim. Jika tidak mau dibilang tidak ada,” urainya.
Ia memaparkan, secara umum FPM menggambarkan suatu festival yang ditujukan untuk para petinggi pemerintahan beserta jajaran dan koleganya.
“Sebagai suatu festival yang lebih utama mengangkat produk budaya masyarakat Luhak Nan Tuo, mestinya festival ini benar-benar menjadi perayaan masyarakat Kabupaten Tanah Datar. Ini artinya, FPM gagal membangun ekosistem sebuah festival,” tegas Ink Nortman.
Dalam aspek lain Sudarmoko, seorang kurator berbagai festival seni dan dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas, mengatakan, FPM sebagai sebuah agenda rutin di Tanah Datar memiliki potensi untuk mengenalkan kebudayaan Minangkabau kepada publik secara luas.
Menurutnya, kehadiran Bundo Kanduang dari seluruh nagari-nagari di Tanah Datar dalam FBM itu menunjukkan keterlibatan aktif dari komunitas budaya. Demikian juga dengan penampilan kesenian dari anak nagari.
“Aktivasi ruang Istano Basa Pagaruyung sebagai lokasi kegiatan menjadi sarana untuk mendekatkan pengunjung dengan salah satu ikon yang ada di Kabupaten Tanah Datar. Apalagi dengan kebijakan untuk membebaskan tiket masuk selama FPM bagi pengunjung, yang memungkinkan daya tarik masyarakat untuk hadir,” kata Sudarmoko saat bincang-bincang dengan sumbarsatu.
Soal konten dan materi dan program yang dihadirkan dalam FPM, harus lebih diperhatikan. “Kegiatan-kegiatan yang menjadi fondasi mendasar dari kebudayaan Minangkabau dan sistem matrilineal perlu dijadikan sebagai titik berangkat. Alur pengaturan materi kegiatan menjadi tantangan yang harus dijawab, karena durasi pelaksanaan kegiatan yang cukup panjang,” terangnya.
Harapan Masuk 10 Top KEN
FPM 2024 sudah berakhir. Iven ini dibuka Menteri Pariwisata diwakili Direktur Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Ekonomi Kreatif Fahmy Akmal, dan ditutup oleh Bupati Tanah Datar Eka Putra.
Eka Putra berharap Festival Pesona Minangkabau tahun 2025 masuk dalam 10 Top KEN. Ia menyebutkan, dalam FPM secara lengkap ditampilkan berbagai kekayaan seni budaya Minangkabau yang telah dikenal di seantero Nusantara dan bahkan ke dunia internasional.
Kabupaten Tanah Datar sebagai wilayah tertua dan sebagai tempat asal usul etnis Minangkabau, ikut bertanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan budaya lokal agar tidak pupus tergerus zaman. Harapan kita agar dari bumi ranah Minangkabau muncul api semangat untuk meningkatkan dan mengembangkan seni budaya Minangkabau.
"Tidak heran, jika Festival Pesona Minangkabau ini selalu masuk dalam kalender onen nasional karena selalu komit menyelenggarakan iven budaya mulai dari tingkat nagari sampai ke iven FPM ini," kata Fahmy Akmal, sembari berharap FPM tahun depan bisa masuk 10 Top KEN.
Sebuah festival yang menggunakan dana yang berasal dari pajak rakyat, tentu diharapkan memberi dampak positif signifikan kepada masyarakat luas sekaligus festival juga dikesankan sebagai upaya melindungi, melestarikan, dan merevitalisasi kreatif seni-seni yang begitu kaya, beragam, dan tentu saja makanan khas, kerajinan rakyat, dan pengetahuan tradisional lainnya. ***