Rabu, 15/05/2024 17:10 WIB

Kisah Warga Bukik Batabuah yang Selamat dari Galodo

15052024-RNI HABIBI

15052024-RNI HABIBI

Agam, sumbarsatu.com-Galogo atau banjir bandang  yang melandaa Agam meninggalakan duka mendalam tertutama bagi mereka yang menjadi korban baik yang kehilangan sanak-keluarga atau pun harta benda.

Bencana yaang terjadi menjelang tengah malam, Sabtu (11/5/2024) sangast mengerikan. Gemuruh air bah, yang membawa aneka material, sejak dari rumpun bambu potongan kayu, batu-batu besar, begitu mengejutkan warga.

Banyak warga berhamburan menyelamatkan diri, namun ada pula yang tak sempat berbuat apa-apa, karena arus air bah begitu cepat menghanyutkan mereka, berikut rumah dan harta benda mereka, seperti diseritakan warga yang selamat dari mara bahaya tersebut. Di antara warga yang selamat itu adalah seorang ibu muda, Zulheni (37) bersama putranya, Habibi (8).

Zulheni, yang akrab disapa Eni itu, selamat dari ganasnya galodo, karena kebetulan saat musibah terjadi ia bersama putranya sedang berkunjung ke rumah saudaranya laki-lakinya, di Kota Bukittinggi. Sedangkan suami berada di Lubuk Basung.

Menurutnya, putranya sejak sehari sebelum kejadian sudah mendesaknya untuk peprgi ke ruah sang kakak. Namun ia tidak menghiraukannya.

Namun, Santu (11/5/2024), sang anak terus merengek agar pergi ke rumah sang mamak. Maka siangnya ia pun menuruti kemauan sang putra.

Malamnya mereka berdua menginap di rumah sang kakak. Ia tak memiliki firasat apa-apam kalau kampungya akan dilanyau galodo. “Tidak ada firasat apa-apa,” ujarnya, ketika ditemui di lokasi bencana.

Barulah, setelah ada yang mengabarkan kalau bencana galodo menyapu kampungnya. Ia bagai tak percaya, ketika mendapat informasi tempat usaha sekaligus tempat tinggalnya sesudah hanyut, tidak sapu pun yang tersisa. Di bekas bangunan itu kini terdapat  sebuah batu besar.

“Kulkas, mesin, cuci, kompor gas berikut tabung gasnya, peralatan masak, tempat tidur pakaian, termasuk buku-buku pelajaranan anak saya. Hanyut semua. Harta yang tinggal hanya pakaian yang melekatdi tubuh kami,” ujarnya sendu. Ia menjelaskan, sehari-hari ia membuat kue-kue basah, termasuk donat. Kue tersebut dijual secara Online.

Kini semua musnah. Bahkan pakaian seragam sekolah sang putra tidak tersisa. Masih untung untuk makan dan minum setiap hari dibantu pemerintah.

Ia mengaku bersyukur atas perhatian banyak pihak, sehingga kebutuhan harian, termasuk selimut dan kebutuhan tidur di sediakan pemerintah.

Ia mengaku bersukur dengan banyaknya bantuan yang berdatangan. Bahkan pihak BNPB membantu dana siap pakai sebanyak Rp250 juta.

“Semoga bantuan tersebut dapat membantu kami, para warga terdampak untujk bangkit, terlepas dari kesengsaraan akibat benncana galodo,” ujar alumni ATIP Padang itu berharap.

Ke depan, mungkin ia akan pindah ke tempat yang lebih aman. Karena kampungnya merupakan kawasan bencana.

“Besar kemungkinan kami akan pindah ke Lubuk Basung, tempat asal suami saya,” ujarnya berusaha menahan air matanya. (MSM)

 

 

BACA JUGA