Fadly Amran Siap Jadi Gubernur Sumbar

Kamis, 14/03/2024 23:31 WIB
Ketua DPW Partai NasDem Sumbar Fadly Amran

Ketua DPW Partai NasDem Sumbar Fadly Amran

OLEH Ka’bati (Wakil Ketua DPW Partai NasDem Sumbar)

RABU SORE, 13 Maret 2024, di halaman  Kantor NasDem Tower Sumbar mobil Alphard dengan nopol berkode FA terparkir rapi di antara jejeran kendaraan lainnya. Tandanya Ketua DPW Partai NasDem Sumbar Fadly Amran (FA) sudah hadir di kantor itu. Hari itu rapat perdana pengurus DPW Partai NasDem pasca-pemilu 14 Februari lalu. Saya memarkir kendaraan saya di sebelah mobil sang ketua dan bergegas masuk ke ruang pertemuan di lantai dua. Gedung yang dilapisi marmer serba putih itu memang terasa sangat elegan.

Saya pikir kantor partai kami ini salah satu kantor partai termegah di Sumbar saat ini. Bangga juga kita. Tetapi lebih jauh dari itu, yang membuat saya bersemangat datang hari itu adalah karena ingin berjumpa dengan kawan-kawan yang baru selesai bertarung di medan perang. NasDem menang besar di Sumbar pada pemilu kali ini. Tiga kursi untuk DPR RI, dua di antaranya diisi oleh perempuan. Sembilan kursi di DPRD Sumbar dan 76 kursi di seluruh kabupaten/kota. Bak mendapat rampasan perang yang melimpah, walau masih sedikit di bawah target yang diinginkan.

Begitu masuk ruangan, saya melihat FA sedang tersenyum. Di sebelahnya, Sekretaris Wilayah Partai NasDem Sumbar, Ardyan, juga tampak berwajah ‘jilah’. Suasana santai dan penuh keakraban. Maklumlah habis menang. Para pengurus yang ikut mencaleg tetapi kalah berdialog dengan yang menang dengan satu kesadaran, kita bersaudara separtai. Tidak ada acara lempar-lempar kursi atau bayangan anarkis lainnya. Kalau ada keadaan yang sedikit tegang, itu menurut saya wajar, terutama di antara caleg yang kalah atau menang tipis, selebihnya bisa diselesaikan dengan setengah bergurau.

Mungkin di sinilah hebatnya kepemimpinan FA. Dia termasuk salah seorang anak muda yang mau mendengarkan, walau pada akhirnya dia cenderung akan membuat keputusan berdasarkan analisis scientific sendiri. Dia mempercayai survei dan memiliki kemampuan untuk melakukan itu, sehingga semua keputusan yang dikeluarkan bisa terukur dan bisa dipertanggungjawabkan. Cara kerja FA memimpin partai, sejauh ini cukup elegan sehingga menarik bagi kalangan anak muda dan kelas menengah tetapi mungkin agak kurang mengakar di akar rumput. Cara FA juga kurang bisa dicerna oleh kalangan tertentu, broker politik atau kelompok-kelompok politisi konservatif (baca; tua dan suka loncat partai) yang mengandalkan insting dan pengalaman panjang semata tanpa mampu meng’upgrade’ kemahiran berpolitik, tapi apa hendak dikata mereka mendominasi.

Politikus Bajing Loncat

Fenomena politikus ‘bajing loncat’ yang ‘barajo ka diri sorang’ dan merasa paling tahu dan paling andal ini memang menjadi hal yang menyebalkan di dunia politik kita di Sumbar ini. Orang baru seolah lemah, bodoh dan bisa di’alua’ saja, apa lagi perempuan. Di mata politikus seperti itu, kehadiran perempuan di ranah politik hanyalah bak buiah-buiah teh talua saja.  Mudah-mudahan kehadiran politikus perempuan, muda dan berpendidikan baik, pada kontestasi elektoral kali ini bisa membuka mata bahwa segala sesuatu bisa berubah, bisa diubah. Kalau NasDem menyebutnya semangat restorasi. Dan semoga FA juga menjadikan ini sebagai catatan penting untuk merangkul lebih jauh dan membuka diri lebih luas.

“Kita berpolitik bukan untuk membangun dinasti. Kita percaya pada semangat restorasi Partai NasDem. Perlu komitmen, konsistensi dan pikiran besar untuk bertahan di dunia politik yang sangat dinamis seperti hari ini. Karena itu saya mengimbau pada kakak-kakak yang duduk mewakili partai di legislatif nanti untuk bekerja semenjak hari pertama dilantik. Jangan hanya mengandalkan pokir-pokir yang populis dan akan diserak pada saat menjelang pemilu berikutnya,” ujar Fadly Amran yang disambut senyum oleh kami semua.

Calon Gubernur

FA benar, kerja legislator harus dibuktikan dengan komitmen dan keseriusan, namun politik kekuasaan membutuhkan dua sayap yang berimbang untuk bisa terbang. Agar apa yang dicita-citakan oleh NasDem membuahkan hasil yang maksimal, setelah berhasil menguasai legislatif, perlu disiapkan pula diri menghadapi kontestasi berikutnya: pemilhan umum kepala daerah (pilkada). Dan FA adalah ‘bungo galeh’ di Partai NasDem yang akan kita usung bersama maju. Apakah akan duduk sebagai Wali Kota Padang atau bertarung merebut kursi Sumbar Satu? Kedua-duanya sangat memungkinkan baginya. Hanya saja, kami dijejeran pengurus partai tidak mau ketua ini menjadi orang nomor dua (wakil); kalau tidak wali kota ya gubernur.

Menanggapi tantangan dari pengurus ini, FA menjawab: “Saya siap untuk maju ke Sumbar, sangat siap.”

Pernyataan yang bagi saya cukup menimbulkan optimisme baru. NasDem punya modal untuk mengusung FA ke kursi gubernur, tinggal mencari-cari kawan yang bisa diajak berkoalisi. Tak perlu partai besar sebenarnya yang diajak, kecuali PKS dan Gerindra yang mulai duluan.

Setelah FA mengeluarkan pernyataan siap maju jadi gubernur, kerja berikutnya yang kami pikirkan di level pengurus adalah bagaimana membuat sosok Fadly Amran bisa masuk ke hati rakyat, rakyat Sumbar yang menyukai segala yang serba glamor tetapi juga mencercanya. Rakyat Sumbar yang menyenangi tokoh penyabar dan rendah hati seperti Mahyeldi namun juga tak henti mengutuknya. Rakyat Sumbar yang doyan dengan urang ‘bagak’ yang suka petantang petenteng seperti Andre Rosiade  tetapi juga mencaci makinya. Di tengah karakter masa yang serba paradok inilah Fadly Amran akan duduk sebagai pemimpin.

Saya ikut bertarung di Dapil 1 Sumbar. Kalah telak dari jumlah suara, namun saya bangga karena sudah berani terlibat dalam kontestasi politik yang menurut banyak orang menorehkan sejarah kelam dan amburadul. Pemilih saya memang sedikit, namun saya mengenal hampir semua konstituen saya dengan baik. Mereka ada yang rektor universitas terkemuka, dekan-dekan di berbagai fakultas, kawan jurnalis, komisioner, kepala instansi dan kawan-kawan aktivis NGO, dosen dan orang-orang yang sebelumnya meragukan perjuangan melalui jalur politik praktis. Mereka mengirimkan ke saya bukti datang ke TPS dengan tambahan kata: Kalau bukan kamu yang maju, malas saya ke TPS. Atau: Walaupun ndak akan memang, ini bukti saya memilih dan terlibat pesta demokrasi kali ini.

Atas semua atensi ini saya sangat bersyukur, bisa menggugah (mengganggu) kenyamanan kawan-kawan di level menengah dan kaum intelektual itu untuk terlibat, turun sejenak dari menara gading dan menunjukkan ke berpihakan. Sesuatu yang jika diakumulasi maka akan menjadi modal sosial untuk menambah kekuatan Nasdem dan mendukung peluang Fadly Amran maju pada pertarungan Pilkada akhir November tahun ini.

Kalau sedikit suara yang saya peroleh, diakumulasikan dengan total suara perolehan partai dan ketokohan para caleg NasDem di berbagai daerah di Sumbar maka peluang Fadly Amran maju sebagai gubernur cukup masuk akal dan mungkin. Gambling memang tetapi mana ada berpolitik tidak gambling. Kalau ada yang bertanya ke saya, baiknya Fadly Amran jadi wali kota atau gebernur? Maka hitung-hitungan kebaikannya menurut saya, jadi wali kota saja. Namun kalau maunya lebih dari itu, ya izin, Sumbar Satu untuk FA. ***



BACA JUGA