Dampak Covid-19 di Sumbar, 2,500 Karyawan Hotel dan Restoran Dirumahkan

BUTUH 2 TAHUN PEMULIHAN

Selasa, 07/04/2020 19:08 WIB
Alan Maulana Yusran, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumatra Barat

Alan Maulana Yusran, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumatra Barat

Padang, sumbarsatu.com—Dari 110 hotel yang tergabung dalam Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumatra Barat, sebanyak 26 hotel dan restoran menyatakan tidak beroperasi akibat dampak mewabahnya Coronavirus atau Covid-19.  Selain itu, efek lainnya yang lebih besar, sebanyak 2.500 karyawan hotel dan restoran terpaksa dirumahkan dan sebagian tanpa dibayar.

Hal itu dikatakan Alan Maulana Yusran, Ketua PHRI Sumbar saat wawancara khusus secara daring dalam kegiatan yang dilaksanakan Ikatan Jurnalistik Televisi Indonesia, Selasa (7/4/2020). Wawancara daring ini juga menghadirkan Buddy, Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Sumbar dan Sari Lenggogeni, akademisi Universitas Andalas.

"Perhotelan dan restoran sangat merasakan dampak wabah Covid-19 ini. Dari 110 hotel anggota PHRI di Sumbar, sampai hari ini sudah 26 hotel yang memilih untuk tutup," kata Alan Maulana Yusran.

Penutupan 26 hotel dan restoran itu berdampak besar terhadap sekitar 2.500 karyawan hotel dan restoran terpaksa dirumahkan dan sebagian besar tanpa dibayar.

Dalam kondisi yang demikian itu, PHRI Sumbar meminta pemerintah untuk memberikan stimulus yang nyata terhadap hotel dan restoran. Sehingga beban biaya selama masa tanggap darurat ini bisa diminimalisir.

"Kami berharap pemerintah memberikan stimulus dalam bentuk keringan pembayaran pajak (pajak bumi dan bangunan) maupun pembayaran listrik. Jika ini bisa direalisakan pemerintah sangat membantu pihak pengelola hotel dan restoran, tapi kalau yang dipotong adalah pajak hotel dan restoran, sama saja tidak ada arti karena biasanya pajak tersebut dibebankan ke tamu," tegasnya Alan Maulana Yusran.

Butuh Dua Tahun Pemulihan

Selain perhotelan dan restoran, pramuwisata dan pekerja wisata juga mengalami dampak yang besar malah hampir seluruh pemandu wisata di Sumatra Barat tidak lagi beraktivitas.

"Ratusan anggota HPI kini sangat stressfull, mereka terpaksa berada di rumah, karena tidak ada lagi job dari agen travel," sebut Buddy, Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Sumbar.

Ia mengakui dampak wabah Covid-19,  untu pemulihannya memakan waktu panjang karena sulit diprediksi kapan wabah ini berakhir.

Akademisi Universitas Andalas (Unand) Sari Lenggogeni mengatakan, dampak wabah Covid-19 terhadap pariwisata pemulihannnya butuh waktu setidaknya hingga dua tahun.

“Sektor pariwisata rentan terhadap bencana alam dan krisis, saat ini yang terjadi adalah krisis bidang kesehatan yang membuat minat orang berwisata turun drastis,” katanya.

Kondisi saat ini, menurut Sari Lenggogeni, mengacu kepada data yang dilansir WTO yang merupakan salah Badan PBB yang membidangi pariwisata setara dengan penurunan turis selama tujuh tahun dari angka yang ada saat ini.

"Ini bukan hanya masalah Indonesia melainkan persoalan dunia. Saat ini yang bisa dilakukan mengevaluasi pengembangan pariwisata selama ini jika wabah ini berlalu. Kini prioritas utama adalah keselamatan bersama. SSC/MN



BACA JUGA