
Walikota Padang bersama dengan Ratna Juwita saat penyeeahan hasil bedah, Sabtu (25/10) Foto Humas
Padang, sumbarsatu.com—Namanya Ratna Juwita. Dia janda tua mempunyai delapan orang anak. Bersama anak-anak itu, ia menetap di rumah berlantai tanah, dinding papan cor yang sudah bolong dan lapuk. Atapnya bocor pun tiris.
Ramadan lalu, rumah tak layak huni yang berada pelosok timur Balai Gadang, Koto Tangah pernah dikunjungi Mahyeldi Ansharullah, Walikota Padang. Saat itu, ia merekomendasikan agar rumah Ratna Juwit dibedah.
Janji itu kini terealisasi. Bertepatan 1 Muharam 1436 H, Sabtu (25/10) rumahnya 'menjelma' jadi rumah yang representatif. Rumah tersebut telah selesai dibangun melalui dana dari Baznas dan bantuan dari Pesantren Al Risalah. Dan diserahkan secara resmi oleh Walikota Mahyeldi kepada keluarga Ratna Juwita.
Wanita disapa Ita ini terlihat sumringah mendapatkan bantuan pembangunan rumahnya. Namun perasaan haru yang menggambar di sudut matanya tak mampu ia sembunyikan. Sambil terbata ia berucap syukur atas perhatian dari Pemerintah Kota Padang.
''Baa indak 18 tahun sejak ayah dari anak-anak meninggal, awak berjuang seorang diri membesarkan 8 orang anak,'' ungkap Ita sambil berlinang air mata, Sabtu siang tadi.
Ita menceritakan, selama ini, ia menafkahi keluarganya dari hasil menjual serai sambil beternak ayam dan itik di tempat tinggalnya yang berada di tengah sawah dan ladang. Dan selama itu pula, Ita dan anak-anak hanya menempati sebuah gubuk beratap rumbia yang sebagian dindingnya dari papan. Itupun telah banyak yang tanggal karena lapuk.
Kondisi hidup demikian, Ita jelas tak mampu memperbaiki rumah. Wanita lugu itu hanya mampu mencari untuk makan dan masih untung bisa menyekolahkan anak-anaknya yang besar hingga tamat SD. Sampai dua anaknya yang paling bungsu, barulah bisa mengenyam hingga SMP dan SMK karena sudah ada kakak-kakaknya yang dapat membantu.
Menurut Mahyeldi, kisah Ratna Juwita jadi pelajaran, terutama bagi Pemko Padang, dan juga masyarakat, serta kaumnya.
''Kepedulian inilah yang perlu kita bangkitkan dalam diri kita agar tidak kita temukan lagi penderitaan warga di tengah masyarakat. Pemko Padang juga menjalankan program - program kepedulian sosial agar kemiskinan dan kesusahan di tengah masyarakat dapat terentaskan,'' kata Mahyeldi.
Ia menambahkan, bagi anak-anak yang masih bersekolah harus bisa menyelesaikan sekolahnya. "Karena mereka menjadi harapan keluarga ini," imbuh Mahyeldi.
Ia berharap, melalui program bedah rumah ini, ke depan tidak ada lagi warga yang tinggal di rumah yang tidak layak. Sebab, tinggal dengan kondisi rumah demikian sangat rentan terhadap penyakit dan berbagai dampak lainnya.
"Nantinya diharapkan semua warga dapat menempati rumah yang memenuhi syarat - syarat kesehatan," pungkas Mahyeldi.
Sementara itu, Dr. Edi Hasymi selaku koordinator program Singgah Sahur dan Bedah Rumah Pemko Padang ini mengatakan, biaya pembangunan rumah Juwita tersebut berasal dari beberapa sumber. Di antaranya dana Baznaz Kota Padang sebesar Rp10 juta dan dari Pesantren Al Risalah membantu bahan senilai Rp2 juta. Lalu, dari Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al Risalah Rp 700 ribu. Selain itu juga bantuan tenaga tukang dari Persatuan Pemuda Ibadurahman Aie Dingin.
''Semuanya bantuan untuk biaya pembangunan rumah sebesar Rp12,7 juta. Ditambah dengan bantuan dari Camat Koto Tangah yang akan membangunkan kamar kecil sebesar Rp5 juta. Maka nantinya totalnya menjadi Rp17,7 juta,'' jelas Edi Hasymi yang juga Kepala Bapedalda Kota Padang ini.
Hadir juga pada peresmian rumah Ratna Juwita ini beberapa kepala SKPD, Kepala Dinsosnaker Frisdawati Boer, Kepala Dinas Kesehatan, Eka Lusti serta Kabag Humas, Mursalim serta Camat Koto Tangah dan lurah di jajarannya. (SSC/NA/rel)