Kamis, 21/03/2019 01:34 WIB

Pemnag dan Warga Nagari Koto Malintang Komit Menjaga Lingkungan

 

Koto Malintang, sumbarsatu.com-Koto Malintang adalah salah satu nagari dalam Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam.

Memurut Kepala Agam Raya, Ir. Afniwirman, Koto Malintang memiliki lingkkungan yang terjaga, sehingga relatif tidak pernah dilanda bencana longsor dan galodo.

“Pemerintah dan masyarakatnya komit amenjaga lingkungan, sehingga tidak ada penebangan liar,d an perusakan hutan dan lingkungan di nagari itu,” ujarnya, Rabu (20/3/2019), di Lubuk Basung.

Di hutan masyarakat bisa ditemukan pokok kayu yang berusia ratusan tahun. Warga menyebutnya dengan nama Binu. Itu membuktikan kalau sejak lama warga dan pemerintah nagari telah berupaya menjaga hutan dan lingkungan.

Wali Nagari Koto Malintang, N. Dt. Palimo Tuo mengakui kalau warga dan pemerintah nagari sangat komit untuk menjaga kelestarian hutan dan lingkungan.

“Untuk menebang pohon untuk keperluan mereka, warga harus mengurus izin, sejak dari Mamak Sako, Mamak Adat, KAN, kemudian ke pemerintah nagari.

“Sesuai Peraturan Nagari, menebang pohon tidak bisa sembarangan. Diperlukan izin sejak ari mamak sako sampai ke pemerintah Nagari. Menembak burung sangat terlarang, dan bisa dikenakan sanksi,” ujarnya.

Peraturan nagari dijaga dan dilaksanakan secara bersama. Setiap warga mematuhi dan menghormati peraturan tersebut. Itulah yang menyebabkan sampai saat ini hutan dan lingkungan di nagari itu masih terjaga. Dampaknya sangat positif, nagari itu seakan tidak pernah dilanda bencana banjir, longsor dan galodo.

Di nagari itu masih banyak terdapat pohon durian. Setiap musim durian, ramai pedagang durian datang ke nagari itu, untuk mencari galehnya.

“Memang pohon durian di nagari kami tidak punah, seperti di beberapa nagari tetangga. Karena pohon durian kami jaga, sehingga tidak ada warga yang menebangnya untuk suat keperluan,” ujarnya pula.

Bila ada pemburu membawa senapan, warga akan mengingatkan kalau di nagari itu dilarang menembak segala jenis burung. Kondisi itu pulalah yang menyebabkan suaa kicauan burung terdengar meriah di nagari itu, terutama di pinggiran perkampungan warga.

“Kami menjaga lingkungan dengan kebersamaan, berdasarkan prinsip basamo mangko manjadi” ujarnya mengakhiri perbincangan dengan sumbarsatu.com. (MSM)

 

BACA JUGA