
Arby Samah
Padang, sumbarsatu.com--Dunia seni rupa Indonesia berduka. Arby Samah, salah seorang seniman pencetus pertama kali seni patung abtrak di Indonesia, meninggal dunia dalam usia 84 tahun di Rumah Sakit M Djamil Padang, Rabu (6/9/2017) pukul 21.56 WIB.
Menurut Armeynd Sufhasril, menantu Arby Samah, orangtuanya meninggal dunia karena sakit. "Beberapa waktu lalu kondisi kesehatan orangtua kami menurun. Lalu dibawa ke sini (RS M Djamil) untuk perawatan tapi Allah Swt memanggilnya malam ini," kata Armeynd Sufhasril, Rabu malam. Rencananya, hari ini almarhum akan dikebumikan.
H. Arby Samah Datuak Majo Indo lahir di Pandai Sikek, Tanah Datar, Sumatera Barat, 1 April 1933 merupakan seorang seniman Indonesia yang berprofesi sebagai pematung yang beraliran abstrak. Ia tercatat sebagai pematung abstrak Indonesia pertama. Arby Samah menikah dengan Murtina Arby, yang telah memberinya lima orang anak perempuan, serta beberapa orang cucu.
Klik link ini untuk lihat video Arby Samah
Kepergian seniman dan tokoh masyarakat ini, membuat duka memdalam bagi kalangan seniman dan budayawan di Sumatera Barat, salah satunya, Yusrizal KW, murid almarhum saat di SMSR Padang.
"Kita kehilangan sosok panutan kreativitas dalam berkesenian. Pak Arby Samah tak hanya seniman penting dalam sejarah seni rupa, terutama seni patung abstrak di Indonesia, juga sosok yang rendah hati yang selalu menyapa siapa saja yang ia temui di mana saja. Banyak pemikiran, terutama tentang seni rupa yang belum bisa direalisasikan, tentu ini tantangan bagi seniman rupa itu," kata KW, demikian ia disapa, yang juga pernah menulis artikel kisah Arby Samah saat memasuki usia 73 tahun ini.
Dikutip dari artikel yang ditulis Yurnaldi di Kompas, kekuatan karya Arby Samah, menurut seniman dan budayawan Wisran Hadi (almarhum-red), bukan terletak pada konsepsi keindahan yang serba tematis, halus sampai mendetail. Akan tetapi, pada gagasan, ide, ekspresi, pengolahan bentuk-bentuk, atau keliaran-keliaran garis pada pahatnya.
Sepanjang perjalanan kesenimannnya, Arby sudah menghasilkan sekitar 200 buah patung. Mantan Kepala Bidang Kesenian di Kanwil Depdikbud Sumatra Barat (1971-1989) dan mantan Kepala SMSR Negeri Padang (1989-1993), dan jula alumnus INS Kayutanam ini, pernah memamerkan karya patungnya yang dihadiri dua Presiden RI, Soekarno dan Soeharto, tapi keduanya kurang tertarik pada seni patung abstrak.
Saat menempuh pendidikan di Yogyakarta, Arby Sama pernah belajar melukis dan sketsa dengan Hendra Gunawan. Karyanya mendapat pujian oleh Hendra, Sudarso, Widayat, dan Trubus. Keempatnya merupakan tokoh-tokoh seni Indonesia.
Setamat ASRI Yogyakarta, ia bekerja menjadi pegawai pada museum AD di Yogyakarta pada tahun 1960. Lalu pindah ke Direktorat Kebudayaan di Jakarta. Enam tahun di Jakarta, Arby Samah ke Padang dan menjabat sebagai Kepala Bidang Kesenian di depdikbud Sumatra Barat. Selanjutnya menjadui kepala SMSR Padang sampai 1993.
Menurut S Metron M, yang menulis narasi untuk video dokumenter maestro Arby Samah yang diproduksi Dewan Kesenian Sumatera Barat, menyebutkan, puji-pujian hanya untuk Tuhan. "Kalimat ini muncul karena karyanya tak mendapat respons dari Presiden Soekarno dan Soeharto saat pameran. Bagi Arby itu bukan masalah. Menurutnya, pujian itu hanya untuk Tuhan," tulis S Metron M, sutradara teater di Indonesia. Selamat jalan Pak Arby Samah. (SSC)