Peluncuran dan Diskusi 2 Buku Antologi Puisi di Kuala Nyiur II Penuh Dinamika

Kamis, 10/03/2016 09:32 WIB
Diskusi dua buku kumpulan puisi penuh dinamika

Diskusi dua buku kumpulan puisi penuh dinamika

Padang, sumbarsatu.com—Geliat kreativitas kepenulisan di Provinsi Sumbar terus berproses dan melahirkan berbagai tulisan fiksi. Karya-karya para penulis terus bermunculan ke ranah publik pencintanya, baik itu berupa media sosial (facebook) maupun blog, atau pun penerbitan buku.

Hal bisa jadi hadir dan marak dengan kemudahan teknologi informasi dan meruyaknya media sosial untuk mengekspresikan dan mempublikasikan karyanya. Selain itu, munculnya penerbit indie label, juga memungkinkan siapa saja bisa menerbitkan karyanya dalam bentuk buku.

Rabu (9/3/2016), digelar peluncuran dan sekaligus diskusi dua buku kumpulan puisi masing-masing "Ombak Menjilat Runcing Karang" karya Eddy Pranata PNP dan "Secangkir 4 Rasa" karya 4 perempuan: Rieska Praditya Ernaningtyas, Nurlis Abadi Putri, Syilvie Rosha, Fitri Adona di rumah Nurlis Abadi Putri, Kuala Nyiur II Tabiang, Padang.

Hadir sebagai pembedah dan pemancing diskusi kritikus dan peneliti sastra, yakti Dr Ivan Adilla dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas dan Dr Eva Krisna Piliang dari Balai Bahasa Sumatera Barat. Diskusi dimoderatori Dasril Ahmad, juga seorang pemerhati sastra.

Menurut Ivan Adilla, puisi Eddy Pranata menunjukkan kedekatannya dengan laut. Diksi tentang laut memperlihatkan bahwa ia bukan hanya mengamati, tapi telah menjadi bagian dari laut.

“Eddy tidak berhenti pada bentuk luar, tapi menyigi hingga ‘serat rongga karang’, ‘helaian gelombang yang bisa dipintal’, hingga ‘menjerat gerak angin’,” kata Ivan Adilla.

Dijelaskannya lagi, kedekatan dengan dunia bahari membuat ia mahir membangun metafora dari laut. Kata ‘sampan berlumut’, ‘batu karang’, ‘pelangi’, ‘angin’, ‘selat’, adalah sebagian kata yang berulang kali muncul dalam puisi-puisinya. Tapi justru di situlah persoalan lain muncul; metafora masih terbatas pada diksi untuk melahirkan estetika-verbal, belum fungsional untuk membangun makna simbolik.

“Salah satu hal menonjol dari sajak-sajak dalam kumpulan ini adalah kemampuan penyairnya menemukan paradoks dari sebuah fakta maupun peristiwa,” tambahnya.

Sementara Eva Krisna mengatakan, buku puisi "Secangkir 4 Rasa", yang ditulis Rieska Praditya Ernaningtyas, Nurlis Abadi Putri, Syilvie Rosha, dan Fitri Adona merupakan upaya memaknai ungkapan pikiran dan perasaan yang mereka tulis ketika perasaan dan pikiran mereka “mendesak” untuk disampaikan.

“Tiga penulis puisi itu, kecuali Fitri Adona, karya-karya mereka dominan menghadirkan perasaan manusia tentang ketuhanan. Ketiganya, Rieska, Syilvie Rosha, dan Nurlis Abadi, menyuarakan kesadaran atas dosa, keinginan untuk selalu dalam dekat dengan-Nya, dan doa-doa yang disampaikan kepada Sang Ilahi. Fitri Adona, karyanya lebih mewarnai perjalanannya dalam tamasya ke berbagai kota dan daerah,” kata peneliti sastra yang akrab disapa Kiky ini.

Selain itu, keempat penulis puisi yang satu alumni Fakultas Sastra (kini FIB) Unand ini, karya yang hadir dalam buku antologi puisi itu juga sarat dengan kritik sosial.

“Tampaknya, persoalan sosial masyarakat dan lingkungan tak lepas dari amatan mereka. Beberapa puisi dalam "Secangkir 4 Rasa", penulisnya memotret fenomena aktual permasalahan LGBT, busung lapar, kemunafikan, gaya hidup yang sudah melenceng, dan seterusnya,” tambahnya.     

Selain diskusi buku, helat buku yang sederhana ini,juga  digelar penampilan penyair baca puisi, pembagian buku bagi yang bertanya saat diskusi, dan acara puncak jamuan makan ala seniman, serta kudapan ringan bakwan nan gurih tapi lembut.

Acara yang selama ini jarang dilakukan di rumah, dihadir lebih kurang 50 peminat sastra. Mereka itu budayawan dan penyair Rusli Marzuki Saria, novelis Darman Moenir, penyair lintas negara Syarifuddin Arifin, pemerhati bahasa Dr Gusdi Sastra, Asraferi Sabri (jurnalis budaya), sejarawan Dr Wannofri Samry, Yusrizal KW dan Syuhendri (aktivis literasi Indonesia), Mila K Sari dan Kurniasih Zaitun (aktivis teater), Hermawan, Yulia Leon Agusta (dari LAI), Didi Noski (Bumi Teater), S Metron M (Ranah Teater), Alizar Tanjung (dari Rumah Kayu), Indra Sakti Nauli dan Asril Koto dari Forum Editor, Eddi MNS Soemanto, Nita Indrawati dan Atvisrni (pers), Osman dari RAS, dan sebagainya.

Menurut Nani Dewita, salah seorang penggagas acara ini, iven serupa akan dilanjutkan dengan menerbitkan karya-karya lainnya.

"Mungkin buku kumpulan cerpen, dan peluncurannya juga akajn dilakukan dengan sederhana tapi bermakna. Tunggu saja kiprah selanjutnya," kata Nani Dewita, mantan bintang penyanyi RRI ini. (ZAK)



BACA JUGA